Perbedaan Prosa Liris Dan Puisi Prosais
Beberapa menganggap bahwa prosa liris dan puisi prosais itu adalah jenis karya sastra yang sama. Namun ternyata, tidak demikian.Prosa liris dengan puisi prosais adalah karya sastra yang mirip, tidak sama, artinya memiliki letak perbedaan.
1.Prosa Liris
Disebut prosa karena menyerupai karya sastra prosa lainnya seperti cerpen dan novel, yakni tak terikat oleh irama dan sajak, tersusun dari kalimat dan paragraph.
Disebut liris karena berkaitan dengan perasaan, curahan perasaan penulis, dan perasaan yang timbul dari pembaca.
Bisa juga diartikan bahwa prosa liris adalah prosa yang ditulis menyerupai puisi. Menggunakan bahasa naratif yang puitik. Enak didengar maupun dibaca. Menggugah perasaan, dan pembaca kerap kali hanyut pada sungai aksara yang mengalir deras.
Di Perancis, prosa yang memiliki gaya seperti puisi ini disebut poesie lirique. Contoh karya prosa liris yang sudah terkenal di antaranya adalah Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi AG, Nyanyian Angsa WS Rendra, dan Ikan Bakar karya Soni Farid Maulana.
Mari kita perhatikan Novel yang berjudul Pengakuan Pariyem, Karya tersebut disebut Novel bukan buku puisi, karena memang masih erat kaitannya dengan karya berjenis prosa. Namun, novel tesebut ditulis dengan gaya prosa liris.
Prosa liris masuk dalam salah satu ragam prosa. Artinya saudara kandung dari cerpen dan novel. Namun, berbeda dengan yang lainnya sebab prosa liris mengandung unsur-unsur puisi. Walaupun erat kaitannya dengan puisi, prosa liris secara sintaksis sebentuk dengan karya prosa lainnya.
Adapun ciri-ciri prosa liris yang coba saya rangkum adalah sebagai berikut :
1. Berbentuk kalimat dan paragraf
2. Terkandung irama yang selaras dengan perasaan
3. Erat kaitannya dengan perasaan, bersifat liris
4. Tidak untuk bercerita, tetapi berisi lukisan perasaan, bisa jelas, bisa pula abstrak
Di bawah ini merupakan salah satu contoh prosa liris
Sajak-sajak Elegi Ditelan Kini
Oleh : Rio Aryandra
Percuma kau punya hati seperti lautan paling dalam, jika pada akhirnya aku tak bisa menyelam. Percuma prestasimu serupa gunung tertinggi, jika kaulupa cara menghargai.
Orang bilang, lelaki sejati adalah seorang petualang, bagaimana mungkin aku menjadi seperti … jika hanya hatimu tempatku berpulang.
Aku di sini, di titik tunggu. Duduk di lantai berlubang yang tergenang lautan rindu. Aku merindukanmu seperti bunga krisan merindukan hujan. Serupa bangau yang galau selama kemarau. Kau bilang, aku yang selalu membuatmu tenang, tapi kenapa kaupilih dia yang jadi pemenang. Mungkin karena aku hanya sekadar kenyamanan, bukan kebanggaan. Aku … hanya teman cerita. Tak pernah disebut saat berbicara pada siapa-siapa.
Aku selalu berdoa pada Tuhan. Agar berkuranglah sedikit kecantikan, agar kita bisa bersanding, sebab dirimu terlalu sempurna untuk dikatakan sebagai manusia.
“Aku terpaksa,” katamu.
“Lalu, aku bagaiamana? Apa karena aku tak pernah mengucap kata sayang?” tanyaku.
“Maaf.” Kata yang menjadi senjatamu untuk mengakhiri hubungan kita.
Cukuplah mataku melihat dirimu dan dirinya mesra. Cukuplah telingaku mendengar kalian bahagia. Deritaku cukup lengkap untuk disebut sebagai pelengkap penderita.
Cita-cita perihal kita : saat undangan rindu menjadi alasan temu. Bukan karena sekadar mendengar keluh kesahmu. Tapi, itu hanyalah ingin yang menguap menjadi angan. Kesalahanku lebih purba dari budaya korupsi, dimana aku terlalu takut mengungkapkan perasaan. Terlalu khawatir pada realita yang tak sesuai khayalan.
Memang, pikiranku terlalu primitif untuk gayamu yang sangat kekinian.
Dengar ….
Semua itu hanya sajak-sajak elegi beberapa tahun silam. Kini, kau tak perlu risau karena aku sedang kemarau setelah sebelumnya dilanda musim hujan air mata. Sebab ada senggok daging berbentuk manusia yang tahu cara melihat harga. Hanya dia yang berkata aku bukan pecundang, dia pula yang meminta agar aku mengundang … perhelatan yang sempat aku impikan denganmu. Tapi, nyatanya perhelatan itu milik kami : aku dan si wanita cantik hati yang tahu caranya menghargai.
Memang terasa tak adil, saat kau tak datang melihat siapa sosok yang tahu cara menghargai itu. Padahal, aku datang dengan menahan gejolak rasa wah pada pernikahanmu yang sangat mewah demi melihat siapa sosok terbaik itu, pengisi posisi yang harusnya milikku. Berusaha bahagia seraya ikhlas walau di kemudian waktu, air mata mengalir deras.
Nanti aku akan mengoyak semua sajak-sajak elegi yang dulu tak henti-hentinya kutulis sebagai pesta pora merayakan kehilangan tak berkesudahan.
Awalnya aku sempat tak ingat cara melupakan, tapi hadirnya menghadirkan ingat, menendang lupa.
Bahwa ….
Kau tak pantas dalam ingatan.
Mahligai Hatimu. 5 Desember 2019.
Tentu karya ini masih jauh dari sempurna. Bagi kalian yang ingin membaca karya-karya prosa liris di Grup Kadea, kalian bisa lihat postingan milik Mas Sayuh, Prosa Liris milik beliau saya rekomendasikan untuk dibaca.
2.Puisi Prosais
Puisi prosais adalah puisi yang ditulis menyerupai prosa. Ditulis tidak seperti puisi biasanya yang menggunakan larik-larik, tapi menggunakan paragraf. Karena ini adalah salah satu jenis puisi, maka karya sastra yang satu ini tidak terlepas dari unsur-unsur puisi yaitu irama dan rima. Puisi prosais digunakan untuk bercerita sehingga memiliki plot dan tokoh.
Puisi yang menyerupai prosa, memiliki plot dan berbentuk kalimat dan paragraf layaknya karya prosa seperti cerpen. Perbedaannya adalah, pemilihan kata atau diksi kental dengan majas. Beda hal dengan prosa liris yang termasuk ragam dari prosa, maka puisi prosais masuk dalam ragam puisi.
Berikut ciri-ciri puisi prosais yang coba saya rangkum.
1. Menceritakan sebuah kisah dengan padat
2. Kekuatan ada pada diksi, irama dan rima
3. Menggunakan kalimat dan paragraf, tapi ada juga yang tetap menggunakan larik dan bait
4. Penuh kiasan dan metafora
5. Tidak meninggalkan kualitas puisi itu sendiri, artinya bahasa harus puitik
6. Beberapa berpendapat bahwa prosais harus prismatis, jadi baiknya upayakan menghasilkan makna bias.
Contoh puisi prosais
Kupu-kupu Hitam
Oleh : Rio Aryandra
Kupu-kupu hitam hinggap di sebuah hutan. Berkamuflase ketika malam, lalu menghisap cairan kekayaan. Tak segan memakan daun kekuasaan hingga mengepak sayap-sayap arogan.
Mereka pesta kawin di kemudian. Berkembang biak dan bertelur, lalu anak cucu kupu-kupu yang berupa ulat-ulat penuhkan jagat belantara hutan. Mereka berselimut kepompong hak asasi untuk tetap bisa hidupi. Hingga sang singa pun terpukul mundur.
Pada akhirnya, sang kupu-kupu hitam berkuasa pada seluruh mayapada. Hanya bencana semesta yang dapat mengalahkan mereka.
Prosa liris dan prosais sangat mirip bukan? Sama-sama menggunakan bahasa puisi, sama-sama berbentuk paragraf. Namun, perbedaannya terletak pada plot dan tokoh. Prosa liris tidak mesti bersajak, tidak mesti memiliki rima, sedangkan puisi prosais memerlukan itu. Prosa liris merupakan curahan perasaan dan tidak harus bercerita, sedangkan puisi prosais memerlukan cerita.
Semoga bermanfaat