Asal usul babi ngepet yang sebenarnya
Asal usul babi ngepet yang sebenarnya – Asal usul babi ngepet yang sebenarnya – Babi ngepet adalah salah satu bagian dari praktik pesugihan yang ada di Indonesia. Kepercayaan ini meluas di masyarakat dimulai sejak 1800-an.
Menurut Sejarawan Asep Kambali, babi ngepet muncul di masyarakat tak terlepas dari tradisi yang kental di Indonesia, khususnya di Jawa. Terlebih saat agama belum masuk.
“Praktik pesugihan babi ngepet sudah ada sejak masyarakat masih menganut paham animisme dan dinamisme,” ujar Asep kepada iNews.id, belum lama ini.
Pesugihan babi ngepet pun berkembang sejalan dengan masuknya paham liberalisme dan kapitalisme yang dibawa oleh kelompok VOC. Jadi menurut Asep, awal mulanya mas
“Kedatangan VOC menandai paham ini ada di Indonesia. Di saat itu, banyak priyai yang sengsara. Penduduk Indonesia hanya bisa hidup enak kalau mereka bisa dekat dengan penjajah.
Karena itu, banyak warga yang terasingkan dan terbelakang baik secara pemikiran, pendidikan, hingga ekonomi,” ujarnya lagi. Di era itu diketahui banyak orang menerapkan pesugihan babi ngepet.
Nah, bicara soal percaya hal tak masuk akal, babi ngepet ini masuk di dalamnya meski praktik-praktik klenik sudah banyak dilakukan sebelumnya.
Misalnya ziarah ke makam keramat ataupun praktik lain yang melibatkan unsur mistis di dalamnya. “Praktik pesugihan biasanya melibatkan gunung, sawah, laut dan goa. Keempat unsur tersebut memiliki nilai yang dipercaya. Termasuk binatang-binatang dan di situlah babi ngepet ada,” tuturnya lagi.
Pesugihan banyak terjadi di pergantian musim. Mulai dari musim kemarau ke musim hujan, musim panen ke musim tanam, begitupun sebaliknya.
“Sederhananya, dulu ondel-ondel diarak warga di Batavia dengan maksud agar hasil panen sukses. Sebab, ondel-ondel dipercaya sebagai perwujudan sosok penolak bala,” kata Asep.
Kembali ke pembahasan babi ngepet, menurut Asep, masyarakat Indonesia yang didominasi Muslim, babi yang dinilai haram dikonotasikan jadi sesuatu yang buruk.
Oleh karena itu, ketika ada babi di lingkungan masyarakat Islam diasosiasikan sesuatu yang negatif. “Peran agama juga mempengaruhi suatu kepercayaan di masyarakat.
Isu kedatangan babi ke suatu kampung pun akhirnya dianggap janggal. Beda dengan babi pink, pasti pemaknaannya lain,” tuturnya.
source : pakpandir.com | CutMedia